“Beasiswa”,
kata yang tidak asing lagi kita dengar. Ketika muncul pengumuman pengajuan
beasiswa, semua berbondong – bondong untuk mendaftar tanpa mengaca pada diri
sendiri. Mereka mendaftar walaupun ada syarat yang tidak terpenuhi. “Semoga tim
penyeleksi tidak teliti”, begitulah doa mereka.
Bagaimana
pandangan beasiswa dalam islam ??? Saya juga belum menyakan pada yang ahli
Beasiswa
bagi orang yang kurang mampu secara ekonomi, tetapi kebanyakan pendaftar
merupakan kalangan yang mampu. Beginilah potret masyarakat di Indonesia. Ketika
ada pembagian zakat ataupun pembagian daging qurban, mereka mengaku orang miskin. Sama halnya
ketika ada penawaran beasiswa, mereka mendaftar dengan melampirkan surat
keterangan miskin “palsu”. Fakta di lapangan mengatakan bahwa memperoleh surat
keterangan tidak mampu di tingkat RT sampai Desa/Kelurahan sangatlah mudah.
“Bolo dhewe” begitulah istilahnya. Hidup bersama, bertetangga, bahkan masih ada
hubungan keluarga dengan kepala desa.
Di
sisi lain ketika mereka yang mengaku miskin saling menyombongkan diri dengan
pamer – pamer. Punya ini, punya itu, dan lain sebagainya. Ada banyak tipe para
pengaju beasiswa :
1. Mengajukan
atas inisiatif sendiri, padahal orang tuanya melarang karena orang tua mereka
sudah mampu.
2. Mengajukan
atas inisiatif sendiri kemudian orang tua mendukung padahal kondisinya mampu.
3. Mengajukan
karena melihat teman – teman yang mampu pada mengajukan.
4. Tidak
mengajukan karena dia dan orang tuanya mampu. Biarlah kesempatan beasiswa ini
diambil mereka yang benar – benar tidak mampu. Karena ini seperti merampas hak
– hak anak yatim dan fakir miskin.
Beasiswa
menimbulkan iri, karena ketika pengumuman penerima beasiswa muncul. Anak yang
tergolong mampu malah menerima, sedangkan yang butuh malah tidak menerima. Ini
menimbulkan rasa sakit hati pada si “miskin” yang tidak menerima.
Lalu bagaimana solusinya ?
Saya menyarankan ada
sistem baru, yaitu klaim beasiswa. Mekanismenya :
- Misalkan tersedia lowongan 100 penerima beasiswa kurang mampu
- Ada pendaftar yaitu anak 1, 2, 3, . . . . anak 1 “kaya” dan anak 2 “miskin”
- Pada saat pengumuman, anak 1 “kaya” menerima dan anak 2 “miskin” tidak
- Anak 2 “miskin” mengajukan klaim terhadap anak 1 “kaya” dengan menunjukkan bukti bahwa anak 2 “miskin” lebih layak menerima beasiswa daripada anak 1 “kaya”.
- Maka beasiswa terhadap anak 1 “kaya” akan berpindah ke anak 2 “miskin”
- Tentunya dengan merahasiakan identitas, karena pemindahan ini akan membuat anak 1 “kaya” balik sakit hati kepada anak 2 “miskin”
SSekian, perlu masukan dan dukungan,....
No comments:
Post a Comment